Entri Populer

Selasa, 10 Juni 2008

Samsara



Samsara

by Donatus


Angin berhembus perlahan-lahan. Dingin mencekam menembus tulang. Bibirku gemetar tak mampu menahan dingin. Hanya terbungkus kulit aku berdiri di sebua tempat yang begitu asing. Tak ada seseorang yang hadir, ditengah kesendirianku. Jalan lurus terbentang didepan mata. Ketika aku menoleh kebelakang semua terlihat gelap. Aku tak mampu menggerakan badan untuk maju maupun melangkah mundur. Seperti jabang bayi yang terkungkum dirahim ibu, pasrah dengan apapun yang terjadi. Aku tetap berdiri. Dan terus membiarkan diriku merasakan dinginnya angin malam, menyusup kesetiap pori-pori tubuh dan membekukan aliran darahku. Tiba-tiba ada suara langkah kaki terdengar walaupun suara itu terdengar dari kejauhan tapi bunyinya berdentang dikuping dengan hentakan kaki yang berirama. Kedengaran lembut dan mendayu-dayu. Ada cahaya remang-remang memancar dari depan. Tapi cahaya itu terpecah ada bayangan yang muncul ditengah. Bayangan itu membentuk sesosok manusia yang bergerak kearah tempat aku berdiri. Perlahan-lahan bayangan itu membentuk sosok tubuh seorang perempuan. Semakin dekat rambut panjang terurai menutup pundak, sedikit terbang beriringan dihembus angin. Dekat sekali sosok itu berdiri didepanku dengan tinggi semampai. Tubuh langsing mata bulat hidung yang tidak terlalu mancung dengan wajah oval dan bibir tipis. Rona wajah itu begitu lembut. Bibirnya bergetar. Senyum manis tersungging dibibir yang mungil. Dia mengenakan gaun malam yang berwarna putih tak kalah putih dengan kulitnya. Keanggunan sangat terkesan dan kesempurnaan seorang perempuan tergambar jelas. Aku tetap diam menyaksikan gadis cantik, dari kepala sampai kaki dia benar-benar sosok seorang gadis yang sempurna. Ketakutan sepertinya pergi dariku. Aku tak mengenal lagi persaanku sendiri. Ada pikiran yang muncul. Siapa kamu sebenarnya? Aku tidak pernah melihat gadis sepertimu? Kenapa kita harus bertemu ditempat seperti ini? dan dia mengarahkan tubuhnya sehingga menyamping. Aku masih mengagumi dia. Dan…
“Kamu pasti sudah lupa…dan memang itu menjadi sifat aslimu.”
Aku tersentak.. apa lupa..sifat asli..apakah kita pernah bertemu. Tapi dimana? Aku mencoba memaksa otakku untuk mengingat kembali semua kejadian yang terkesan yang pernah kualami.
“Tapi aku rasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya.”
“Sudah kukatakan itulah sifat aslimu. Kamu selalu lupa.”
Suara itu begitu lembut walaupun terdengar sedikit sinis. Tak ada senyum yang membungkus bibir indah itu.
“Aku selalu hadir ditengah-tengah kehidupanmu. Aku selalu menemanimu untuk merangkai kebersamaan kita.”
“Sungguh…siapa kamu sebenarnya? katakan saja!”
“Untuk apa kamu telah menghapus kenangan-kenangan manis yang telah kita rangkai..aku pikir kamu kesini untuk menemuiku..Tapi aku salah…”
Aku tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya apalagi sampai merangkai hubungan yang lebih serius..sepertinya dia salah orang.
“Aku pikir kamu salah orang..mungkin saja ada orang yang mirip denganku dan..”
“Tidak hatiku tidak pernah salah aku kenal orang yang paling kucintai…yang selalu menghadirkan kebahagian dalam setiap hari-hariku...dan sekarang aku sudah kembali tapi apa…” Air mata menetes dan rona wajah yang ceria itu berubah menjadi murung. Kesedihaan terbingkai disana. Aku tahu hatinya pasti sakit. Tapi siapa laki-laki itu yang begitu tega meninggalkan gadis secantik ini..betapa bodohnya pria itu. Apakah matanya buta. Andai saja pria itu aku. Aku pasti akan terus menjaganya dan tak akan membiarkan dia pergi jauh.
“Aku tidak salah pria itu adalah kamu Mas Krisna..dan kamu selalu akan mencintai dan menjagaku.. Wajah itu berpaling kepadaku sorot mata itu berusaha memaksaku untuk mengingat tapi dia menyebut aku Krisna..Krisna..
“Aku bukan Krisna dan aku tidak pernah menjalin hubungan denganmu. Kenapa kamu terus memaksaku.”
“Mas tatap mataku…bukankah mas selalu mengatakan mata ini selalu menghadirkan terang. Bagai cahaya rembulan mata ini selalu teduh..” Kutatap mata gadis itu. Air mata membentuk lingkaran pada bola-bola mata perlahan-lahan dua buah bulatan mengalir dipipi. Semua berubah. Gadis ini benar-benar begitu terluka. Tetapi dia begitu kukuh mengangab aku Krisna.
“Aku bukan Krisna…Tapi Aryo…dan aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa berada ditempat ini bahkan aku sendiri tidak ingat apa-apa lagi darimana aku apa saja yang telah aku lakukan semuanya menghilang. Aku semakin bingung..
“Mas…Ingat mas ini Mayra..Mas selalu memangil May…disaat bulan Mei juga kita bersepakat untuk menyatukan hati dan membingkainya dengan rasa Cinta.” Suaranya mulai meninggi dan kekecewaan menyelubungi tapi semangat masih tergambar dibalik kekecewaan itu. Aku berusaha untuk mengingat perlahan-lahan.
“Tapi….aku….aku..ah..aku tidak pernah…sungguh apa yang harus aku lakukan lagi..dan apa yang harus aku katakan..” Dengan keras kupukul kepalaku untuk mencoba mengingat tapi semuanya sia-sia..
“Sudahlah….semuanya sia-sia. Penantianku untuk bisa bersama kembali dengan mas Krisna hanyalah mimpi saja.” Kali ini dia benar-benar putus asa.
Haruskah aku mengakui kalau aku pria yang bernama Krisna itu yang telah meninggalkan. Hanya untuk menyenangkan dia. Tidak mungkin.
“Aku berusaha untuk mencarimu kemana-mana agar kita bisa bersama kembali tapi tidak bisa ketemu..ya.. semua ini juga salahku mas..aku yang terlebih dahulu meninggalkanmu mas. Tapi waktu itu mas berjanji suatu saat kita pasti akan bersama kembali. Walaupun hal itu tidak mungkin..tapi….karena aku yakin mas selalu menepati janji akupun pergi dengan tenang..aku selalu menemani mas walaupun mas tidak pernah melihatku. Tapi mas selalu mengatakan kalau mas merasakan kehadiranku. Kemudian kejadian sesaat telah membuatku kembali yakin kita bisa bersama….. tetapi sejak itu mas pergi dengan tiba-tiba dan…..tak pernah kembali…”
Suasana tenang mungkin dia berusaha menyusun kata-kata memaksaku untuk mengakui diri sebagai Krisna, pria yang sangat dia cintai itu. Tapi..
“Apakah tidak mungkin kita untuk bersama kembali…..” suaranya mulai merendah dan tangis terdengar.
“Mas….” Dia menatapku dalam-dalam dengan beruarai air mata
“Apakah semua ini akan berakhir?”
Aku semakin bingung dan dalam kebinggungan. Ada rasa simpati melihat kesedihan gadis didepanku yang menyebut namanya Mayra. Tapi apa yang harus aku lakukan..aku berusaha mengingat nama itu Mayra..Mayra..Mayra…. Tiba-tiba dari kejauhan aku dengar namaku dipanggil.
“Ryo..Ryo..” suara itu dari kejahuan..tapi semakin dekat..dekat sekali dan aku mulai mengenali suara itu. Iya..tidak salah lagi itu suara Angel..ya Angel..tapi dimana dia…
“Aku ada disini Angel dimana kamu..aku tidak melihatmu..” kupandang kesekeliling yang ada hanya kegelapan. Tapi suara memanggil itu sangat dekat. Dan anehnya akupun tak bisa melihat Mayra lagi. Begitu cepat dia pergi. Tapi suara tangisan mendayu..semakin menjauh. Maafkan aku Mayra, aku tidak bisa berbuat banyak aku akan menceritakan apa yang kau alami jika aku bertemu dengan pria yang bernama Krisna itu. Maafkan aku Mayra kalau aku mengecewakanmu. Seperti suara gemuru dengan angin yang sangat kencang menyeretku masuk di sebua lubang kecil dan secepat kilat aku melihat secara samara-samar..
“ Ryo..kamu udah sadar..” senyum dengan wajah puas terlihat disisi tempat tidur.
“Angel..kamu..Ma..Pa..ada apa dengan Ryo.
“Tadi kamu tidak sadarkan diri lama sekali.. sampai-sampai Mama Papa sama Angel sempat kuatir dengan keadaanmu..tapi sukurlah kamu udah pulih.” Mama terlihat legah. Dan Angel terus memegang tanganku. Ada botol infus tergantung disamping tempat tidur dengan jarum yang tertusuk di pergelengan tanganku..
“Yo..kamu ada dirumah sakit udah dua hari ini dan mulai tadi pagi sampai sore ini kamu enggak sadar..sampai dokter bilang nggak ada harapan lagi..Tapi Tante sama aku yakin kamu pasti siuman.”
****
Siang itu saya dan Angel tiba dirumah Tantenya Angel. Disebua rumah yang sangat asri jauh dari kebisingan dan hirukpikuk aktifitas kota. Rumah itu sudah sangat tua sepertinya rumah itu rumah peninggalan orang-orang Belanda tetapi tetap terawat dengan baik halaman yang luas banyak pohon rindang dan bunga-bunga yang tertata rapi diteras membuat rumah itu begitu sejuk dan saat memasuki ruangan. Ada Suasana yang tidak asing. Aku merasa bahwa aku pernah mengunjungi tempat ini. Tapi mana mungkin baru kali ini Angel mengajakku kemari. Ah sudahlah mungkin persaanku saja..
“Eh ada tamu.” Seorang perempuan keluar dari ruangan belakang usianya kira-kira 50an tapi kelihatan begitu segar dengan senyum besar dibibirnya.
“Tante kenalin ini Aryo.. Aryo ini Tante Magda”
“Nak Aryo..selamat datang..mudah-mudahan betah tinggal disini…sepi enggak kayak dikota.”
“Aryo senang kok tante…tempatnya nyaman terus asri lagi..
“Iya Tante..” sambil melihat kesekeliling ruangan. Ruang ini seperti meninggalkan kenangan tersindiri dengan perabot-perabot yang kuno tapi terawat dengan baik.Tatapanku tertuju pada foto keluarga yang serba hitam putih yang terbingkai dan terpampang di dinding sebelah kiri.
‘Itu foto keluarga ya, Tante..”
“Itu foto keluarganya Tante sama Papanya Angel…O.ya Belum buatin minum.. mau minum apa nak..Teh atau kopi?”
“Biar Angel yang buatin aja..”
“Ya udah… ada air panas ditermos baru aja diisi.”
“Boleh saya lihat foto itu tante?”
“Silakan..foto jaman dulu waktu eyangnya Angel masih hidup. Ini rumah peninggalan Eyangnya Angel. Tadinya diserahkan sama Papanya Angel. Tapi papanya Angel milih tinggal dikota mengurus usahanya Jadi tante yang urus. Barang-barang peninggalan eyang masih tersimpan rapi. Termasuk foto itu.”
“Anaknya eyang ada empat. Yang ini anak pertama sekarang jadi dosen terus ikut suaminya sekarang tinggal di Australia, kalau ini Tante, terus laki-laki satu-satunya ini papanya Angel.
“Kalau yang ini siapa namaya Tante?” aku penasaran dengan sosok terakhir ini, senyumnya begitu manis, sepertinya ada misteri yang tergambar dibalik wajah cantiknya.”
Iya..Dia paling cantik diantara anak-anak eyang. Tapi nasibnya tidak semujur kecantikannya. Dulu..ketika dia masih ada, banyak laki-laki yang datang hampir setiap hari, selain cantik dia orangnya mudah bergaul.. walaupun para pria itu menyatakan cintanya tapi dia selalu mengangab mereka semua teman. Sampai suatu saat dia bawa seorang pria dan dikenalkan pada eyang putri katanya pria itu adalah pacarnya..lalu..” Tante Magda diam seperti memikirkan sesuatu yang tidak patut diceritakan.
“Lalu apa tante?” aku penasaran.
“Mereka sangat mencintai satu sama lain, Pria itu sudah punya rencana untuk melamar Ana tapi Eyang tidak setuju, karena Dik Ana masih sekolah, tapi mereka tetap pacaran tapi seperti yang tante bilang tadi nasibnya tidak mujur disaat usianya mau memasuki 20 tahun ia meninggal..”
“Jadi tante Ana ini sudah meninggal..? kutatap wajah dari foto itu ada suatu yang aneh aku sepertinya kenal dengan wanita ini.
“Siapa nama panjangnya Tante Ana?”
“Mayrana”
Apa Maryana….? Nama itu hadir dengan tepat dingatanku. Tidak salah lagi dia gadis yang pernah kujumpai disaat aku tidak sadarkan diri dirumah sakit sebulan yang lalu…
“Lalu siapa nama pria yang dicintai Tante Ana itu?
“Namanya Krisna.”
Apa Krisna…? Berarti aku sebenarnya tidak mimpi tapi sebenarnya kejadian itu benar-benar ada. Mayrana yang ketemui dan dia sedang mencari Krisna kekasihnya memang benar-benar ada.
“Lalu dimana pria itu sekarang Tante?”
Tante Magda diam sejenak matanya terlihat bening sepertinya kedukaan yang dialaminya muncul kembali.
“Minuman datang….kok serius amat lagi ngmongin apa sih? Jadi penasaran.”
“Tante lagi menceritakan tentang Tante Ana.”
“Oh..Kasihan Tante Ana..
“Terus bagaimana dengan Pria itu dimana dia sekarang?”
“Sebulan setelah kepergian Dik Ana, Krisna juga meninggal karena kecelakaan. Dan sangat tragis kecelakan yang dialaminya. Ada ranting pohon yang menusuk paru-parunya sehingga dia meninggal ditempat kejadian.
Jadi Krisna juga sudah meninggal….ingatan tentang pertemuanku dengan Mayra terpampang jelas diingatan. Wajah difoto itu kelihatan agak usang karena usia tapi garis-garis kecantikan seorang gadis mudah berusia 20 tahunan masih terukir indah. Kau Memang Mayra yang kutemui tapi kenapa kamu menganggab aku Krisna bukankah dijuga sudah meninggal.
“Krisna sangat mencintai Ana sejak kepergian Ana. Krisna seperti orang yang aneh suka menyendiri dan sering datang kerumah. Tidak banyak bicara seperti dulunya..dan saat kepergiannya dia sempat bilang.. May aku sekarang bersamamu lagi. Kemudian dia menghembuskan nafas terakhir.”
Ada tirai kesadaran yang mulai terkuak, ingatanku pada kata-kata tentang kehilangan Krisna oleh Mayra, pergi begitu saja dengan cepat. Demikian juga saat itu aku pergi begitu saja dari alam berbeda menuju alam nyata. Tapi apakah mungkin aku Krisna yang sekarang menjadi Aryo? Krisna meninggal kecelakaan dengan luka parah pada paru-parunya dan aku mengalami paru-paru yang cacat sejak lahir. Ah… Tidak ada yang pasti…..
Kuletakan setangaki bunga mawar berwarna pink diatas nisan yang sudah berumur tua 23 tahun yang lalu namun tetap terawat dengan baik. Mayra maafkan aku kalau dalam diriku ada kesadaran milik orang yang pernah kamu cintai dimasa lalu. Semoga dirimu terlahir kembali di alam bahagia dan kembali melihat hidup sebagai sesuatu yang terus berubah.
****