“CLARA”
oleh Donatus
oleh Donatus
Sejak kejadian itu aku pindah ketempat ini. pohon flamboyan yang mungil namun tertata rindang memayungi hari-hariku. Sudah lama sekali keluarga, teman-teman tidak mengunjungiku termasuk Karin gadis yang sangat kucintai. Aku bingung setiap kali mereka datang, mereka tidak pernah mau masuk hanya berdiri didepan sana sambil menunduk. Aku bahkan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Hari-hariku bersama kesendirian. menyaksikan taburan bintang yang menghias cakrawala nan megah. Bintang-bintang itu begitu anggun dan mempesona. Malam-malam seperti ini sering aku habiskan berdua bersama Karin. Saat-saat akhir kepergianku ketempatku yang baru.
“Mas milih yang mana dari bintang-bintang itu?” Karin memandangku dengan lembut sambil mengarahkan telunjuknya…
“Aku ingin semua bintang-bintang itu menghiasi malam kita sayangku” dengan saksama kutatap dalam-dalam bintang yang ada dicakrawala.
“Kalau aku hanya ingin bintang yang disudut sana yang paling terang untuk hadir menerangi cinta kita.”
Aku sangat mencintaimu Karin. Aku tidak ingin pergi, aku ingin sekali menghiasi hari-hari kita dengan cahaya lembut dari bintang-bintang itu. Aku tidak tahu kenapa aku sangat posesif dan melankolis malam ini. Tidak sepertinya aku memiliki perasaan yang seperti ini. ada ketakutan kegelisaan tiba-tiba hadir bagi selimut menutupi seluruh tubuhku dan itu sangat gerah.
“Sayang…emm” aku tak mampu melanjutkan.
“Kenapa Mas? Kok mas kelihatan sedih ada apa? Masalah kerjaan? Rumah? Atau Om Alex lagi?” Karin selalu mengeluarkan pertanyaan yang bertubi-tubi ketika ada suatu hal yang dianggab telah terjadi padaku.
“Ayo mas, kalau Karin bisa bantu akan Karin bantu.. Mas ngomong aja.!”
“Ternyata ada sesuatu hal yang tidak bisa kita pahami walaupun itu diri kita sendiri”
“Mas….,Karin serius..Jangan berfilsafat.” Raut wajahnya berubah dari romantis menjadi penuh penasaran. Tapi hal itu yang selalu membuatku semakin cinta dengan Karin. Dia perhatian peduli dengan keluarga. Kalau di rumah mama selalu memujinya.
“Kamu beruntung Arya mendapatkan kekasih seperti Karin, cantik baik hati, supel, ramah lagi. Zaman sekarang susah untuk mendapatkan gadis seperti itu.”
“Ah..mama biasa aja. Mama aja yang terlalu berlebihan.”
“Banyak dari teman-teman mama yang selalu bermasalah dengan menantu mereka. Setiap saat selalu bertengkar. Nggak pernah akur. Lihat menantunya tante Melani. Ada saja maunya.
“Mama..kan Karin bukan menantu mama..”
“Justru mama ingin punya mantu seperti Karin. Mama ingin sekali kamu dapat menikahi Karin.”
“Mama mulai lagi..sudalah Arya mau kekamar.”
“Dasar…anak sekarang kalau diajak ngomong serius gak pernah didengar.”
Mama selalu ingin aku cepat bertunangan dengan Karin. Setiap kali Karin datang mama selalu saja ngomong panjang lebar kadang diteras bahkan sampai kekamar mama. Nggak tahu apa saja yang dibicarakan. Ya..perempuan memang sukanya ngegosib. Kedekatan seperti ini mungkin membuat mama menaruh hati pada Karin yang dianggabnya gadis yang pantas hadir dalam keluarga kami.
“Mas….Mas…” Aku tersentak kaget. “Ditanya kok ngalamun..emang kenapa? Tante nyuruh kamu cepatan nikah?”
“Nggak sayang…aku hanya merasa aneh saja dengan diriku sendiri. Ada semacam keterasingan yang muncul dalam diriku, ketakutan, gelisa, dan hasrat ingin sekali terus bersamamu”
“Ya udah mas.. mungkin itu perasaan cinta mas terhadap Karin yang besar. Makasih ya mas..” dengan lembut Karin mencium pipiku. Dingin hanyut mengalir diseluruh tubuhku. Ada yang aneh..tidak biasanya seperti ini. disaat Karin mencium pipiku aku merasa ada rasa hangat yang mengalir dan membuatku menemukan semangat yang tak kubayangkan. Tapi kali ini dingin..ya sangat dingin…
Jalan Setia Budi tidak begitu ramai, kususuri jalan itu perlahan-lahan. Hujan rintik-rintik, kabut tebal menyelimuti jalan satu arah ini. Dan..seperti suara gemuruh dari depan aku tak sanggub menginjak pedal rem dan..selanjutnya aku merasa sangat dingin..dingin yang menusuk tulang ditambah gelap memekat yang tidak pernah kulihat seumur hidupku. Setelah itu aku tidak tahu tiba-tiba aku sudah berada ditempat yang baru ini. Awalnya aku bingung berada disini tetapi lama kelamaan aku terbiasa melihat bintang-bintang di angkasa tanpa suara bising yang sering aku dengar disekitar kantorku, walaupun tak ada Karin disisiku. Namun rasa keterasingan dan kesendirianku mulai membumbung saat kusaksikan orang-orang yang kusayangi tidak mau mendengarkanku, bahkan untuk masuk ketempatkupun mereka tidak mau.
Mama sering datang sambil meneteskan airmata dia komat-kamit. Aku nggak ngerti apa yang dilakukan mama… berdiri didepan sana…lama sekali. Semakin hari, ketakutan semakin mencengkram jemarinya disetiap sudut tubuhku..bintang-bintang yang menjadi hiburanku semakin meredup dan perlahan-lahan tenggelam. Kegelaban muncul merajai setiap ruang waktuku.
“Karin aku merasa takut sekali..Sayang aku tidak betah tinggal disini..aku..aku..bahkan bintang-bintangpun mulai pergi meninggalkanku..”
****
“Eh..Karin, Ayo silakan masuk Nak ada apa kok pagi-pagi begini udah datang.”
“Ada yang mau aku sampaikan pada Tante…” Karin menarik nafas sesaat.
“Iya ada apa?”
“Gini tante, Semalam Karin mimpi ketemu Mas Arya..dia….Dia sangat menderita dia enggak tenang tante kita harus melaukan sesuatu.”
“Maksudnya?”
“Karin lihat Mas Arya berada ditempat yang sangat gelap, wajahnya sangat kusut tidak terurus dan seperti orang yang kesakitan, dia terus memanggil nama Karin, Tapi Karin enggak bisa apa-apa, tiba-tiba suaranya menghilang…Dia butuh bantuan kita Tante..”
“Berarti Arya enggak bahagia disana”
“Iya tante kita perlu melakukan kebajikan atas nama Mas Arya biar dia tenang, karena hanya itu yang bisa kita perbuat. Selama ini kita belum melakukan hal yang khusus untuk Mas Arya. Doa-doa saja tidak cukup…Kita harus melakukan dana untuk Sanggha dan juga orang-orang yang membutuhan lainnya, atas nama Mas Arya. “
“Kalau gitu nanti tante bicarakan sama om.”
***
Tiba-tiba ada sosok dua orang muncul dihalaman depan. Perlahan-lahan mereka mendekat. Aku kenal dengan jelas dia Karin gadis yang kucintai. Ada yang berubah, senyum indahnya tidak pernah mekar dibibirnya yang mungil. Dia terlihat murung... kemana perginya kecerianmu sayang. Tetapi siapa laki-laki yang disampingnya..Aku tidak kenal dia. Setahuku Karin tidak punya kakak laki-laki ataupun sepupunya laki-laki. Laki-laki ini terlihat tenang, kemudian dia menggandeng tangan Karin..siapa kamu?
“Mas Arya...Mas adalah pria yang paling Karin cintai..mas adalah bintang yang setiap saat menerangi kegelapan hati Karin..tetapi kenyataan selalu berbeda…”
Apanya yang beda aku disini sayang. Aku bahkan setia menunggumu. Kamu tidak pernah mau masuk, aku selalu memanggil namamu.. Tapi kamu selalu berhenti dan berdiri disitu.Tidak biasanya, aku kini mampu mendengar apa yang dibicarakan orang-orang yang ada diluar sana.
“Kenalkan mas ini Mas Bagus Pernama…Dia yang selama ini menjaga Karin sejak kepergian Mas Arya..Dia orang yang sangat baik…perhatian dan selalu menemani hari-hari Karin..walaupun tidak sepenuhnya sama..tapi saya akan belajar untuk mencintai Mas Bagus..
Apa mencintai…kamu tidak salah ucap, Karin..bagai disambar gledek aku kaget..jadi laki-laki itu yang kini hadir di hati Karin..jadi semuda itu dia melupakan aku..kamu mengingkari janji kita sayang..kamu tegah sekali. Aku bahkan selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah kita rajut bersama. Dan..kini mimpi itu hanya menjadi fatamorgana..pedih rasanya seperti ditusuk seribu belati menancap jauh dan semakin jauh kedalam hati..
“Mas Arya….”Butiran air mata menetes dari pelupuk mata indah yang selalu kutatap ketika aku masih bersama-sama dengan dia..
“Maafkan Karin..hidup ini adalah pilihan dan inilah saatnya Karin harus memilih..Sekali lagi maafkan Karin mas.” Sambil menangis Karin duduk dan memegang potongan lempengan tembok yang ada disana.
Aku disini Karin sayang..kenapa kamu tidak mau melihat aku. Aku sangat rindu sekali..aku ingin kita bisa pergi bersama lagi kepantai menyaksikan laut atau ke Kafe Star untuk merasakan sejuknya udara malam.. Dan apa? kamu minta maaf..tidak semudah itu melerai kembali untain kasih yang telah kita rajut. Dan itu sudah menjadi benang yang mengikat kita..aku merasa semakin perih.perih sekali. Aku berusaha mendekati mereka tetapi langkah kaki ini tidak pernah mau bergerak maju. Semua tenaga telah kukerakan tetapi sia-sia. Seluruh badanku seperti terikat oleh kawat besi yang tak sanggub kulepaskan.
“Sudah Karin hari mulai sore kita pulang.” Bagus merangkul pundak Karin dengan lembut.
“Mas Arya Karin pergi dulu semoga Mas Bahagia.”
Kutatap langit..tak ada bintang yang bersinar kabut hitam menebar disudut-sudut langit, semakin pekat..rona alam tak ada yang bersahabat..lolongan serigala membuat ketakutan bercampur pedih. Bagai pisau belatih yang dilumuri cuka merembes menebus daging dan tulang….kenapa aku seperti ini? angin bertiup perlahan-lahan dan kencang.
Sesaat kemudian ada senandung indah memecah kengerian. Suara itu dari jauh perlahan-lahan. Bunyi kecapi, seruling mada pujian dan lantunan syair-syair cinta dan kedamaian bagai tenaga super power. Perlahan-lahan menyapu langit yang pekat. Warna biru mulai kelihatan, walupun belum ada bintang. Suara musik itu semakin dekat, nyaring tapi tidak bising. Merdu mendamaikan sukma. Terangpun mulai muncul. Ada kunang-kunang terbang mengitari tempatku dengan gerakan lembut seolah mengajakku berdansa. Aku kenal lagu itu..ya..aku ingat lagu yang selalu dinyanyikan di vihara “Chan of Metta” seruan untuk kebahagiaan dan kedamaian semua makluk. Ingatanku muncul bagai film layar lebar terpampang jelas. Saat aku melakukan berbagai aktifitas divihara bersama teman-teman remaja. Melakukan baksos didaerah-daerah yang terpencil. Dan saat-saat itu juga aku bertemu dengan gadis yang luar biasa Karin. Meditasi bersama, sampai saat-saat yang terkecil ketika aku memberikan uang cepek untuk pengemis dijalan dan menatap wajah mereka yang sangat bahagia. Ketakutan seperti teruarai dan meleleh mengalir memasuki selah-selah tanah yang basah. Rasa riang menempati selah-selah hatiku. Ada semacam aliran energi dari lantuan lagu Metta. Aku bagai malaikat melayang dan bermain dengan kunang-kunang. Bercanda dengan angin malam. Sementara bintang dilangit bermunculan dan seolah-olah tersenyum dengan kebahagian yang kurasakan.
Dari kejauhan ada rombongan yang sedang berjalan menuju kearahku.. sepertinya kali ini semua keluarga hadir. Ada mama, papa, Rayan, Maya, Karin, dan Bagus serta beberapa lagi yang tidak aku kenal..mereka beriringan semakin dekat, mereka pasti mau menjengukku dan aku berharap kali ini mereka masuk..dan aku ingin sekali Karin bicara jujur tentang hubungan kami. Lagi-lagi mereka tidak mau masuk..dan aku memutuskan untuk mendekati mereka. Dan perjuangan yang luar biasa aku berjalan menuju ketempat mereka berkumpul…suara mereka terdengar membacakan syair yang aku kenal..Ya itu parita yang dilantunkan bagi orang yang meninggal…tapi kenapa tidak dipemakaman kakek saja? Ah..aku mau lihat. Mereka mengelilingi sebua onggokan fondasi dengan taburan bunga yang berwarna-warni ada sebua nisan terpampang disana dan aku bisa melihat dengan jelas tulisan itu..sangat jelas, “ARYADEVA” Sabbe Sankara Anica.” Bukankah itu namaku? Berarti aku…. Tiba-tiba hujan gerimis, bersama suara gemuru dan perlahan-lahan kabut membentang dari arah timur muncul sebua sinar..apa ini sinar matahari..tidak dia terang sekali tapi tidak menyengat dikulit sejuk terasa bagai cahaya rembulan..muncul..perlahan-lahan semakin dekat..dekat sekali aku tidak melihat sesuatupun disekelilingku. Cahaya itu memantul bersinar sehingga tubuhku pun terlihat menguning…lantunan syair terdengar merdu dan sayup-sayup mendamaikan. Ada sebua cerobong terbentuk diatasku.. dan seperti kekuatan mahadasyat mengangkat seluruh tubuhku masuk keterowongan tersebut, bagai lorong waktu aku masuk dan menembus dengan cepat. Selanjutnya aku tidak ingat apa-apa…
****
Kehamilan Karin telah berjalan sembilan bulan. Sebelum melahirkan Karin ingin sekali berkunjung kerumah orang tua Arya.
“Tante sepertinya Mas Arya sudah damai. Aku merasakan itu..setiap hari aku lebih tenang sejak sembilan bulan ini. dan dia juga tidak hadir lagi di mimpiku.”
“Syukurlah Nak..tapi tante akan terus melakukan Fang-Sen (pelepasan Binatang) dan akan berdana kepada orang-orang yang membutuhkan. Dan terus mengharapkan kebahagiaan Arya…O ya.. Kapan nih waktu melahirkan?”
“Dokter mengatakan minggu depan” sepertinya bayinya perempuan… Aneh selama ini Karin selalu ngidam makanan kesukaan mas Arya.”
****
“Selamat pak Bagus bayi anda lahir dengan selamat dan sehat”
“Trimakasih dok. Bisa saya jenguk sekarang?”
“Oh silahkan Pak”
“Mas Bayi kita perempuan” Karin teringat dengan nama yang indah yang pernah diucapkan oleh Arya.
“Sayang nanti kalau kita sudah menikah dan punya anak saya mau kasih nama Clara?”
“Kalau laki-laki gimana?”
“Saya yakin bayi pertama yang lahir dari rahimmu adalah perempuan dan namanya adalah Clara.. ya..Clara artinya cahaya atau sinar. Dia yang terus hadir dan menerangi hidup kita. Dia yang akan menjadi sumber inspirasi kita. Dia yang akan menerangi hari-hari kita.
“Sayang ternyata kamu benar anak kita cewek. Siapa nama yang pantas.” Bagus membelai istrinya. Sementara Karin tetap diam dan memikirkan sesuatu.
Karin membuka mata lebar-lebar menatap bayi mungil tersebut dengan senyum kepuasan merekah dibibirnya, “Namanya, “CLARA”
****